Getarkan Hatimu Dengan Al-Qur’an
Salah satu budaya yang harusnya dihidupkan adalah “menggetarkan hati dengan Al-Qur’an” seperti yang Allah sebut dalam surat Al-Anfal :2
“Sesungguhnya org2 yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, BERGETARLAH hati mereka. Dan jika dibacakan ayat-ayat Allah bertambahlah keimanannya”
Mari bahas tentang getaran. Dalam tafsir Ibnu Katsir getaran ini diartikan bergetar karena takut.
Misalnya seorang pengurus kamar mayat. Mungkin pertama kali bertugas dia bergetar hebat, karena ketakutan. Namun seiring berjalannya waktu, getaran itu menjadi hilang dan biasa ketika mengurus mayyit, krn itu sudah menjadi job desnya.
Tapi, hilangnya getaran itu, jangan sampai terjadi pada Al-Qur’an. Awal berinteraksi dengan Al-Qur’an mungkin bergetar, namun seiring waktu getaran itu hilang dalam dada.
Ada banyak kisah getaran Al-Qur’an menghantarkan pada Islam. Cerita2 yang saya sebut dalam postingan sebelum ini (prof Jeffrey Lang, Australian convert to Moslem), mungkin bagi sebagian orang disebut “kebetulan”. Namun kita faham, itu bukan kebetulan, itulah getaran yang mengantarkan pada hidayah.
Masuk Islamnya Umar bin Khattab ra pun demikian.
Saat itu Umar ra dalam keadaan yang marah yang memuncak karena adiknya masuk Islam. Didobraknya pintu rumah adiknya, Fatimah. Saat itu mereka sedang membahas surat Thaha dalam lembaran2 mushaf.
Diambilnya mushaf itu dan bergetarlah Umar ra, dan seketika kemarahannya reda dengan ajaib, dan masuk Islam.
Itulah getaran Al-Qur’an. Getaran yg ajaib yang hampir tidak bisa dijelaskan dengan logika.
Getaran inilah yang mestinya didapatkan oleh siapa saja yang membaca Al-Qur’an agar hidayah hadir dan meresap dalam sanubari.
Itulah misi utama Garpu Tala. Mengembalikan rasa getaran yang mungkin bagi sebagian orang hilang ketika membaca Al-Qur’an.
Cara menggetarkannya bisa banyak. Membuka Al-Qur’an secara acak dengan harapan yang kuat, adalah satu cara. Membacanya lebih banyak dari hari biasa, juga bisa menjadi cara mendapat getaran itu. Menuntut ilmu kepada orang yang sholeh juga garpu tala, ketika mendapat getaran dari ayat Al-Qur’an yang dibacanya.
Mendengarkan adzan, mendengar tilawah, itu juga bisa melahirkan getaran. Mengingat neraka dan bermuhasabah, itu juga bisa melahirkan getaran. Banyak jalan menuju roma, banyak cara menuju getaran Al-Qur’an.
Intinya adalah bergetar. Getarkan hati dengan Al-Qur’an. Itulah juga kenapa saya memilih nama Garpu Tala (Tuning Fork). Sebuah teori getaran.
Tapi jangan berhenti di Garpu Tala. Ini cuma satu pintu berinteraksi dengan Al-Qur’an. Tambahkan lagi. Tambah lagi. Sampai diri tak puas belajar Al-Qur’an.
Jika satu cara dirasa tidak pas, cari cara yang pas dan tepat di hati. Sambil berguru pada guru yang ikhlas, berilmu dan berakhlaq mulia.
Orang2 non Muslim yang belum Muslim, mereka tidak tahu ilmu tadabbur sebelumnya. Ilmu tafsir juga tidak diketahuinya. Tapi jika Allah mau beri hidayah, siapa yang bisa menahan, dengan cara apapun yang Allah mau.
Tapi, bukan berarti setelah itu, kita tidak belajar ilmu tadabbur, ilmu tafsir, ilmu qiro’ah, ilmu nahwu shorof, ilmu balaghoh, ilmu mantiq, dan baaaanyak lagi. Al-Qur’an laksana samudera yang dalam yang tak pernah habis diarungi.
Jangan juga setelah merasa berada di tengah lautan, kita merendahkan mereka yang berada di tepi laut. Merasa diri sudah punya banyak ilmu tafsir lalu merendahkan org yang baru berusaha terbata2 memahami Al-Qur’an. Itu sombong namanya. Karena kita tidak pernah tahu, siapa yang dipilih Allah untuk masuk ke syurga-Nya.
Tetaplah rendah hati. Mengharam2kan apa yang belum kita tahu jelas haramnya, dikhawatirkan mengundang kemurkaan Allah. Mari kita buka tangan yang lebar untuk menerima siapapun dari pintu manapun utk mengenal Islam dan Al-Qur’an. Karena hidayah sepenuhnya mutlak milik Allah swt.
Sambil terus kita menyempurnakan diri, dan teruuus menggetarkan hati dengan Al-Qur’an.
Semoga Allah menyelamatkan kita semua dan memasukkan kita semua ke syurga-Nya tanpa terkecuali. Aamiin ya Rabbal Aalamiin.